Padang-Mahasiswa konsentrasi Jurnalistik, Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Unand menggelar diskusi bertemakan “ Menjadi Wartawan Hebat di Tengah Konflik dan Peperangan” menghadirkan Desi Fitriani, Reporter dan juga Produser Senior Metro TV, Senin (4/10) di gedung Pascasarjana FISIP Unand, jalan Situjuh, Jati Baru, Padang.
Kegiatan digagas oleh Rinaldi, Dosen Jurnalistik yang juga Kepala Lab. Radio Fisip Unand dan turut hadir M.A. Dalmenda, Staf Ahli Rektor Uanad Bidang Komunikasi dan Media.
Rinaldi sangat mengapresiasi kehadiran reporter kawakan sekelas Desi Fitriani yang juga merupakan sang idolanya semasa masih kuliah jurnalistik di USU Medan. Kehadiran Desi merupakan kedua kalinya, sebelumnya hadir sebagai narsum lewat daring kegiatan Show Case Art minggu lalu.
“Saya sangat mengapresiasi bisa hadir berdiskusi di tengah mahasiswa Ikom Fisip Unand dan mahasiswa Pers Kampus Unand secara tatap muka. Ini kesempatan emas bagi mahasiswa karena sejak 2018 ingin menghadirkan Desi Fitriani tetap belum berhasil karena kesibukan beliau yang luas biasa padatnya, “ Rinaldi mengapresiasi.
Dipaparkan Desi, sepanjang kariernya sebagai jurnalis, Desi telah meliput peristiwa dari tidak kurang 30 negara,terutama negara-negara yang tengah dilanda konflik atau peperangan. Segala suka dan dukanya ditumpahkan di hadapan mahasiswa itu membuat mahasiswa berdecak kagum atas ketangguhan seorang wanita di kancah konflik dan peperangan.
“ Laki-Laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama berprofesi sebagai jurnalis, baik di media cetak atau elektronik seperti televisi. Televise memiliki kekuatan audio visual untuk dihadirkan di ruang publik yang memerlukan kecermatan dan ketajaman mengamati dan mencatat peristiwa secara faktual dan aktual lewat audio visual,” sebut penerima tanda kehormatan Satya Lencana Wira Karya dan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Joko Widodo tahun 2020.
Desi dalam kesempatan itu juga menyinggung bagaimana nilai berita, unsur berita, kekuatan berita serta bagaimana strategi melakukan investigasi dalam peliputan peristiwa bencana, criminal, konflik dan peperangan yang ia lakukan terekam dalam catatan dan reportasenya di layar kaca televisi.
Kegian ini, kata Desi yang alumnus SMA 1 Solok dan IISIP Jakarta, perlu dilakukan secara berkelanjutan agar mahasiswa kosentrasi jurnalistik lebih teredukasi dengan menyandingakan antara teori jurnalistik televisi dengan praktek pada peristiwa yang terjadi di lapangan yang dialami oleh para praktisi jurnalis televisi.
Dipenghujung diskusi, Rinaldi menyerahkan cendera mata plakat Fisip Unand kepada Desi Fitriani dihadapan peserta dengan jumlah dibatasi namun tetap mengikuti standar prokes Covid-19 sesuai arahan dari Dekan Fisip Unand Azwar yang memfasiltasi diskusi terbatas ini. (rel)