Indeks
Daerah  

Dirtek Perumda AM Padang, Ir. Andri Satria Hanya Tidur 3 Jam, Bertarung dengan Galodo demi Setetes Air untuk Warga

PADANG-Setiap kali masyarakat Kota Padang mengeluh karena air tak mengalir, ada satu sosok yang diam-diam memikul beban itu di pundaknya. Ir. Andri Satria begitulah dia diberi tanggungjawab.

Sejak bencana galodo dan banjir bandang menghantam kota ini, Ir. Andri Satria, Direktur Teknik Perumda Air Minum Kota Padang, hanya bisa tidur tiga jam sehari. Sisanya ia habiskan di tengah gelap malam, suara runtuhan tanah, dan dinginnya hujan yang tak lagi bersahabat.

Ia bukan hanya mengurus kerusakan. Ia sedang bertarung melawan waktu, melawan keadaan, dan melawan ketidakpastian.

“Semua IPA rusak parah, hampir seluruh intake hancur dihantam galodo. Saya tak bisa diam di kantor. Saya harus ikut turun meronda, memastikan apa pun yang bisa dipercepat ya dipercepat,” ujarnya dengan suara yang terdengar lelah namun tetap kokoh, Senin (1/12/2025).

Namun sesibuk apa pun langkahnya, kritik tetap datang bertubi-tubi. Masyarakat marah, gusar, dan tak sedikit yang menuduh Perumda AM lamban.

Andri tidak menyalahkan mereka. Ia tahu masyarakat sedang kesulitan, panik, dan butuh air untuk hidup. Tapi ia juga tahu satu hal yang tak banyak orang lihat, perjuangan para petugas di lapangan yang mempertaruhkan keselamatan.

“Mungkin mereka tak tahu bagaimana kami bekerja keras di tengah hujan lebat, lumpur tebal, dan longsor yang bisa datang kapan saja. Ini bukan sekadar kerusakan teknis, ini luka alam. Hutan yang hilang membuat galodo tak terbendung,” tuturnya.

Dalam bencana kali ini, tiga intake benar-benar porak-poranda yaitu, IPA Guo Batang Kuranji, Pompa Sungai Latung, dan Intake Palukahan. “Kondisinya rusak berat, kami butuh waktu. Bahkan untuk berdiri di lokasi saja kadang sulit karena aksesnya tertutup lumpur,” katanya.

Sementara itu, 10 intake lain terus dikebut pengerjaannya. Malam jadi siang, dan siang jadi waktu bekerja tanpa jeda. “Insya Allah, besok tujuh intake sudah bisa berfungsi, bisa memberi setitik harapan bagi warga,” ujarnya.

Ironisnya, di balik perjuangan itu, Andri sendiri adalah korban. Rumahnya diterjang banjir bandang, dipenuhi lumpur setinggi lutut. “Sampai sekarang rumah saya belum bisa dibersihkan. Lumpur terlalu tebal. Tapi… itu nanti saja. Masyarakat lebih butuh air hari ini,” ucapnya pelan.

Di tengah semua kekacauan itu, Perumda AM Padang memprioritaskan air bersih untuk rumah sakit tempat nyawa diselamatkan, tempat harapan dipertahankan. “Pasien, ruang operasi, sampai kebutuhan memandikan jenazah… rumah sakit tak boleh berhenti. Mereka harus didahulukan,” tegas Andri.

Dan di tengah bencana yang menyelimuti Padang, Andri Satria berdiri sebagai satu dari sedikit orang yang memastikan kota ini tetap punya harapan etidaknya melalui setiap tetes air yang kembali mengalir ke rumah warga.(almadi)

Exit mobile version