Indeks
Sumbar  

AKP Dadang Iskandar Polisi Tembak Polisi: Saya Tidak ada Niat Membunuh

PADANG-AKP Dadang Iskandar narapidana kasus polisi tembak polisi di Solok Selatan bermohon kepada Hakim agar diadili seadil-adilnya sesuai fakta persidangan. Dia tidak ada niat rencana membunuh AKP Ulil Riyanto yang tewas ditembak di parkiran Polresta Solok Selatan Jum’at (22/11/2024) tengah malam lalu.

Banyak informasi menyebutkan kasus polisi tembak polisi adalah masalah tambang, ada yang bilang membeking tambang emas, ada pula bilang tambang galian C, semuanya itu tak benar.

AKP Dadang Iskandar saat ditemui di Lapas Anak Aia, Kota Padang, terlihat tegar garis wajahnya yang mulai menua tampak bersih. Hari itu dia puasa Nabi Daud . Dia sadar masa tuanya akan berakhir di sini.” Maaf saya sedang puasa,” ujarnya singkat, Selasa (9/9/2025).

Di balik jeruji, Dadang menata ulang hidupnya. Hari-harinya dipenuhi doa, dzikir, dan puasa sunah. Dalam kesunyian lapas, ia masih menggenggam satu harapan: keadilan.

Dadang menuturkan, malam itu ia bertemu Ulil di parkiran. Keduanya berbicara soal proyek nasional, dari pembangunan rumah dinas hingga waduk. Obrolan kemudian beralih pada pertanyaan Dadang kepada Ulil terkait masalah satu unit dump truk Isuzu Panther milik AKP Syamsuardi yang ditahan Ipda Bagas.

Truk tersebut sebelumnya telah beroperasi untuk membawa material pasir untuk pembangunan Rusun. Dadang mempertanyakan kenapa truk tersebut ditahan sekarang. Sementara saat membawa material untuk pembangunan rusun, tidak ada ditahan. Material yang dibawa sama. Apalagi truk tersebut juga punya Anggota Polres Solok Selatan.

Percakapan memanas. Dadang merasa tersinggung ketika pertanyaannya tidak ditanggapi. “Dia hanya bilang ‘ntar… ntar’ sambil menelpon. Saya merasa dilecehkan,” katanya.

Emosi tak terbendung sudah gelap mata karena sebagai atasan merasa dilecehkan dan diinjak injak harga dirinya. Dengan spontan ia menembakkan pistol dua kali ke arah Ulil hingga tewas di tempat.

Usai itu, amarahnya belum reda. Ia melepaskan tembakan ke arah loteng rumah dinas Kapolres Solok Selatan sebagai bentuk pelampiasan kekesalan.

“Saya menembaki loteng rumah dinas karena kesal. Bukan ingin membunuh Kapolres. Kalau memang ada niat, tentu bisa saya lakukan. Saya menembak keatas pun karena  spontan saja, karena emosi sudah tak bisa dikendalikan,” ujarnya.

Kasus ini sempat dikaitkan dengan isu tambang emas maupun galian C ilegal. Dadang tegas membantah tuduhan tersebut. Ia tak kenal dengan pemilik tambang disana. Ia hanya murni meminta agar truk dilepaskan karena truk itu milik Anggota Polres juga, dan mempersilahkan sopirnya agar ditahan.

“Semua itu fitnah. Saya tidak ada urusan dengan tambang. Demi Allah saya tidak kenal siapa pemilik tambang ilegal disana. Saya cuma murni membantu AKP Syamsuardi. Masyarakat tahu siapa saya. Karena itu mereka mau jadi saksi,” ucapnya.

Ia juga menolak anggapan bahwa dirinya sempat melarikan diri. Menurutnya, usai penembakan, ia justru menyerahkan diri ke Polda Sumbar.

“Seusai melakukan penembakan, saya telepon teman satu leting di Brimob agar tidak ada pergerakan. Karena sedang jalan ke Padang untuk menyerahkan diri dan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Saya datang sendiri demi keamanan, bukan melarikan diri,” katanya.

Menunggu Keadilan

Dalam proses hukum, Dadang mengaku belum pernah melihat salinan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang memuat keterangannya. Bahkan saat di BAP tersebut, penyidik terkesan mengarah-arahkan keterangan saya, agar saya terkesan melakukan pembunuhan berencana

Ia berharap majelis hakim mengeluarkan keputusan dilakukan seadil-adilnya sesuai dengan fakta persidangan yang sudah terungkap semua secara keseluruhan. Semoga fakta persidangan menjadi pertimbangan bagi majelis hakim untuk mengambil keputusan secara yuridis, filosofis dan berdasarkan hati nurani terbaik, guna menegakkan keadilan di bumi pertiwi.

Pihaknya pun selama mengabdi di kepolisian bangsa dan negara selama 33 tahun. Diantaranya, Pertama, operasi kemanuasiaan galang pengungsi Vietnam ( UNHCR), Kedua Operasi Gakkum Aceh, ” Keberhasilam Menyelamatkan sandera 5 ( lima) orang perempuan yang di Taiwan oleh Pasukan GAM di sebuah Pondok Hutan Alhamdulilah sekarang masih hidup dan saya dibantu tujuh (7) personel Brimob, Ketiga Operasi sadar rencong, Keempat, Operasi Sadar Meunasah ( Aceh), Kelima Operasi Pemulihan Keamanan Aceh,  Keenam Tanda Jasa Kesetiaan 8 Tahun, Ketujuh  Tanda Jasa Kesetiaan 16 Tahun, Kedelapan Tanda Jasa Kesetiaan 24 Tahun, Kesembilan Tanda Jasa Bintang Naraya. Operasi Pemulihan Keamanan Aceh. (almadi)

 

Exit mobile version