Indeks
Ekobis  

107 Tahun PT Semen Padang, Masa Senang-Senang Industri Persemenan Berakhir

Padang – Di usianya yang ke 107 tahun, PT Semen Padang merupakan semen tertua di Asia Tenggara maupun di Tanah Air. Usia tersebut boleh dikatakan sudah sepuh untuk ukuran manusia. Akan tetapi hal itu tak berlaku bagi perusahaan semen yang berlokasi di Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan ini.

Betapa tidak, kinerja perusahaan selalu on the track, kendati persaingan usaha semen di Tanah Air semakin ketat. Hal ini ditandai dengan banyaknya kompetitor mendirikan pabrik di seantero wilayah Indonesia.

Dari data yang ada pada RKAP 2017, volume penjualan SP tumbuh 123% (tidak termasuk ICS), Market Share tumbuh 0,5%, dan Revenue tumbuh 117%, seiring dengan beroperasinya pabrik Indarung 6.

Kinerja sementara perusahaan sampai dengan Februari 2017, Volume Penjualan SP 102% dari RKAP dan Revenue 101% dari RKAP. Penetrasi pasar domestik masih perlu ditingkatkan lagi dimana market share masih tertinggal 1,5% dr target.

Sampai dengan Q1-tahun 2017 diprognosakan pencapaian penjualan Semen Padang sebesar 102,7% RKAP dengan revenue sebesar 100,4% RKAP (belum termasuk ICS). Dengan umur pendirian 107 tahun, PT Semen Padang memiliki total aset Rp9,32 triliun.

Direktur Utama  PT Semen Padang, Benny Wendry, melalui Kadep Komunikasi dan Sarana Umum (KSU) PT Semen Padang, Iskandar Zulkarnaen Lubis mengatakan, meski saat ini PT Semen Padang sudah berusia 107 tahun, namun kerja keras seluruh jajaran harus ditingkatkan, karena posisi persaingan semen semakin meningkat.

“Saat ini posisi persaingan semen luar biasa dengan kapasitas nasional 88 juta ton per tahun, sementara kebutuhan pasar hanya 65 juta ton per tahun. Kondisi ini menjadi tantangan bagi kami. Ini saatnya kerja keras. Masa senang-senang di industri semen sudah berakhir,” kata Iskandar usai upacara HUT 107 PT SP Senin (20/3).

Menurut Iskandar, untuk memenangkan persaingan, PT Semen Padang sudah mulai berpikir inovatif dan transformatif, karena para pesaing juga punya kelebihan dan sangat memungkinan untuk bersaing dengan Semen Padang. Selain itu, perusahaan juga melakukan efisiensi untuk menekan cost produksi.

“Sebenarnya Semen Padang terbilang kurang strategis, karena berada di wilayah barat Indonesia. Sementara pasar terbesar berada di wilayah tengah dan timur Indonesia. Dari cost saja mungkin kita akan kalah, jika perusahaan semen lain mau menurunkan sedikit laba mereka. Jikalau itu terjadi, mungkin kita bakal sedikit kesulitan. Namun itu semua jika terjadi sudah kita antisipasi dengan melakukan transformasi anggaran,”ulas Iskandar.

Iskandar juga berharap agar seluruh stakholder, seperti pemerintah, customer, masyarakat dan semua unsur yang ada, ikut serta mendorong Semen Padang untuk memenangkan persaingan, sehingga Semen Padang juga bisa memberikan kontribusi yang lebih besar lagi kepada daerah. Baik kontribusi melalui pajak maupun melalui dana CSR.

“Nilai dana CSR bergantung kepada laba perusahaan. Maksimum 4 persen dari jumlah laba. Jika laba meningkat, maka kontribusi Semen Padang untuk daerah juga akan meningkat. Untuk itu, kami berharap dorongan dari seluruh stakeholder,” harapmya.

Exit mobile version