Unand Tuan Rumah Konferensi Keperawatan Internasional

IMG_20170924_151826_1

Padang – Selama ini, peranan perawat belum maksimal dalam menanggulangi kebencanaan. Ketika bencana terjadi, fungsi perawat kebanyakan tidak sistematis, karena tidak ada yang mengkoordinatori.

Sementara dampak bencana tersebut untuk masyarakat bukan hanya ketika bencana itu terjadi saja, tapi juga dampak trauma healing yang dirasakan dalam jangka waktu lama. Padahal untuk mengatasi trauma tersebut, memang dibutuhkan peran maksimal dari keperawatan.

Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang Prof Dr Rizanda Machmud ketika menggelar konferensi pers Minggu (24/9) jelang Konferensi Keperawatan Internasional.

Dikatakan Prof Rizanda Machmud, mengingat Sumbar merupakan supermarket bencana, tentunya keperawatan sangat diperlukan, baik dari segi persiapan, kesiap siagaan, maupun pasca bencana.

Akan tetapi, peranan keperawatan paling vital terletak pada pasca bencana. Dimana masysrakat disegala usia, khususnya balita akan mengalami trauma. Jika trauma itu dibiarkan, maka akan menjadi sebuah penyakit non menular. Sebagai contoh penyakit hipertensi, penyakit hiperaktif pada anak, dan lainnya.

Sangat susah untuk mengobati penyakit non menular ini. Biayanya tinggi untuk pengobatan, waktu pengobatan lama, jadi beban buat negara. Beda dengan penyakit menular, yang dari segi waktu pengobatan cepat,”paparnya

Ketua Panitia Konferensi Keperawatan Internasional Leni Merdawati mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan pada 25-27 September di Hotel Grand Inna Muara. Konferensi ini bertujuan untuj memberikan dampak positif terhadap perkembangan layanan kesehatan melalui pemaparan berbagai hasil penelitian keperawatan.

Disamping itu juga sebagai ajang diskusi bagi peneliti terutama berkaitan dengan topik penelitian penyakit tropis, kronis, mental health, termasuk keperawatan bencana.

Apalagi dikatakan Leni, Sumbar merupakan suoermarket bencana, sehingga dengan adanya konferensi ini juga diharapkan akan mampu meningkatkan kesiapan dan penanganan bencana.

Lebih lanjut Leni memaparkan, peserta diikuti 350 orang berasal dari Arab Saudi, Thailand, Malaysia,dan Indonesia. Untuk peserta dari Indonesia 70 persen universitas dari seluruh Indonesia

Tinggalkan Balasan