Menteri PUPR : Jembatan Bentang Panjang Tak Lagi Impor

IMG-20171203-WA0029

Surabaya–Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa Indonesia memiliki kemampuan membangun jembatan bentang panjang dengan kualitas yang rapi dan kuat. Hal ini telah dibuktikan dengan inovasi yang dilakukan dalam pembangunan Jembatan Holtekamp di Jayapura dengan tipe Box Baja Pelengkung dimana pengerjaannya bentang utama dilakukan di PT. PAL Indonesia di Surabaya.

Pembangunan Jembatan Holtekamp di Papua oleh Kementerian PUPR dalam rangka mewujudkan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membangun dari pinggiran.

Keberadaan Jembatan Holtekamp memiliki nilai strategis, yakni untuk mengatasi kepadatan kawasan perkotaan, pemukiman dan kegiatan perekonomian di dalam Kota Jayapura. Pasalnya, jembatan ini memangkas jarak tempuh hingga 17 kilometer di antara kedua lokasi tersebut.

Hal ini berpengaruh pada waktu tempuh dari Kota Jayapura ke Muara Tami yang akan menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw yang sebelumnya membutuhkan waktu 2,5 jam kini menjadi 60 menit. Jembatan Holtekamp nantinya akan menjadi ikon dan destinasi wisata baru di Papua, khususnya Jayapura.

“Saya minta kepada Dirjen Bina Marga dan Kepala Balitbang agar ke depan pembangunan jembatan panjang bisa didesain untuk bisa dilaksanakan dengan sumber daya kita sendiri jadi tidak perlu impor. Dengan kebijakan ini akan mendorong inovasi sehingga kita bisa bersaing,” kata Menteri Basuki pada acara pelepasan keberangkatan kapal yang membawa satu dari dua bentang utama sepanjang 112,5 meter, di pelabuhan PT. PAL, Surabaya, Minggu (3/12/2017). Acara pelepasan ini bertepatan dengan peringatan Hari Bakti PU ke-72 tanggl 3 Desember.

IMG-20171203-WA0025

Ditambahkannya, pembangunan jembatan dapat menggerakan industri baja nasional dan memberikan pekerjaan kepada para tenaga ahli dan pekerja konstruksi Indonesia.

Pengerjaan bentang utama oleh PT. PAL di Surabaya, merupakan bagian dari memanfaatkan sumber daya yang dimiliki Indonesia. dimana PT. PAL memiliki fasilitas, tenaga ahli terutama untuk pengelasan baja dan dilengkapi pelabuhan. “Pengelasannya tidak main-main karena berpengaruh terhadap kekuatan. Tidak semua memiliki fasilitas yang lengkap. Saat ini belum bisa dilakukan di Papua karena fasilitasnya belum tersedia,” kata Menteri Basuki.

Pertimbangan lainnya untuk memproduksi bentang utama oleh PT. PAL Indonesia di Surabaya adalah untuk mitigasi kegagalan konstruksi bila rangka bentang utama dikerjakan di Jayapura. Pasalnya, kawasan tersebut termasuk kawasan rawan gempa. Sehingga akan meningkatkan aspek keselamatan kerja, dan mempercepat waktu pelaksanaan.

IMG-20171203-WA0026

Penyelesaian bentang utama dengan bobot 2.000 ton ini lebih cepat dari jadwal karena menggunakan metode _center span strand lifting_ yang pertama dilakukan di Indonesia. Bentang utama 1 dikerjakan sejak 22 Juli 2017 dan selesai 17 Oktober 2017, sementara bentang utama 2 dikerjakan mulai 19 September hingga 3 Desember 2017.

Pembangunan Jembatan Holtekamp juga menjadi jembatan pertama yang dikapalkan
secara utuh dan terjauh karena menempuh jarak 3.200 km dengan waktu 28 hari perjalanan.

Menteri Basuki menargetkan pembangunan Jembatan Holtekamp dapat diselesaikan pada September 2018. Saat ini progres pembangunan fisik jembatan telah mencapai 91,80 persen.

*Data Teknis Jembatan Holtekamp*

Total panjang bentang utama jembatan ini 400 meter ditambah jembatan pendekat 332 meter yang terdiri 33 meter pendekat dari arah Hamadi dan 299 meter dari arah Holtekamp sehingga total 732 meter. Lebar jembatan adalah 21 meter yang terdiri 4 lajur 2 arah dilengkapi median jalan.

Pembangunan Jembatan Holtekamp dilakukan bersama oleh Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kota Jayapura. Kementerian PUPR mendanai pembangunan jembatan utama, Pemerintah Provinsi Papua mendanai pembangunan jembatan pendekat arah Holtekamp, dan Pemerintah Kota Jayapura mendanai pembangunan jalan pendekat dan pembebasan lahan.

Biaya yang dikeluarkan untuk membangun jembatan di atas Teluk Youtefa ini mencapai Rp 1,7 triliun. Proyek ini dikerjakan kontraktor konsorsium PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).

Turut hadir dalam acara tersebut Direktur Utama (Dirut) PT. PAL Indonesia Budiman Saleh, Dirut PT. PP Tumiyono, Dirut PT. Nindya Karya Indrajaya Manopol, Direktur Operasi PT. Hutama Karya Sugeng Rahmadi, Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Balitbang Danis H. Sumadilaga, Direktur Jembatan Iwan Zarkasi, Kepala BBPJN XVIII Jayapura Osman H. Marbun dan para pejabat tinggi Pratama lainnya. (*/ridho)

Tinggalkan Balasan