Ekobis  

Lestarikan Ikan Bilih, PT SP MoU dengan UBH

Bilih

PADANG – PT Semen Padang menjalin kerjasama (MoU) dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bung Hatta (UBH), untuk melestarikan ikan bilih yang kini terancam kepunahan, Rabu (11/7/2016).

Kerjasama yang berlangsung di Taman Reklamasi Semen Padang itu, ditandai dengan penandatangan kesepakatan kerjasama kedua belah pihak. Dari Semen Padang, penandatangan kerjasama itu, diwakili Kepala Departemen Rendal Produksi, Juke Ismara. Sedangkan dari UBH, diteken oleh Ketua LPPM Abdullah Munzir.

Penandatangan itu juga disaksikan langsung oleh seluruh Dewan Direksi PT Semen Padang, yaitu Dirut Yosviandri, Direktur Keuangan Tri Hartoni Rianto, dan Direktur Operasional Firdaus, serta turut hadir Komisaris Werry Darta Taiwur.

Usai penandatanganan kerjasama, kedua belah pihak kemudian langsung menebarkan 1000 bibit ikan bilih dari Danau Singkarak ke sungai yang ada di kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati (Kehati) Semen Padang tersebut.

Manajer Taman Kehati Semen Padang, Deni Zen mengatakan, kerjasama dengan LPPM UBH itu dilakukan, karena habitat Ikan Bilih di Danau Singkarak sudah mulai tercemar akibat pencemaran industri wisata, dan kadar sulfur yang makin meningkat.

Kemudian, metode penangkapan ikan bilih yang dieksploitasi secara besar-besaran tanpa mengindahkan proses pengembangannya, juga menyebabkan populasi ikan bilih di Danau Singkarak semakin punah. Bahkan, dampak dari metode penangkapan secara besar-besaran itu membuat ikan bilih susah didapatkan di Danau Singkarak.

“Harusnya, ikan bilih ini ditangkap pada saat naik ke sungai untuk bertelur, bukan di danau, karena danau adalah tempat ikan bilih berkembang dan membesar,” kata Deni usai penandatangan MoU antara Semen Padang dengan LPPM UBH, Rabu pagi.

Deni menyebut kerjasama dengan LPPM UBH itu dilakukan, karena Semen Padang sebagai perusahaan semen yang terus menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, ingin menyelamatkan kepunahan ikan bilih yang merupakan ikan endemik di Danau Singkarak.

“Ikan bilih jenis mictacoleucus padangensis ini di dunia hanya satu, yaitu di Danau Singakarak. Ada yang menyerupai, tapi itu bukan bilih. Sekarang populasinya terancam punah, dan Semen Padang merasa terpanggil untuk menyelamatkan ikan biih agar tidak punah,” ujarnya.

Sebelum MoU ini dilakukan, Deni pun menyebut empat bulan lalu, Semen Padang bersama Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta yang diwakili oleh Hafrijal Syandri sebagai guru besar ‘ikan bilih’ di fakultas tersebut, sudah menganalisa ekosistem yang ada di Semen Padang.

Analisa itu dilakukan mulai dari pemeriksaan kadar air, ketinggian Taman Kehati Semen Padang dari permukaan laut, serta menebar 400 ekor ikan bilih. Dari analisa itu, diketahui bahwa alam Semen Padang tidak jauh berbeda dengan Singkarak.

“Bahkan dari 400 ekor ikan bilih yang disebar di sungai kawasan Kehati, ternyata sekitar 70 persen masih hidup. Sedangkan sisanya, mati karena dipengaruhui akibat resiko adaptasi,” bebernya.

Melalui MoU ini, Deni pun mengatakan bahwa kini Taman Kehati Semen Padang tinggal menunggu waktu kapan ikan bilih itu mulai bertelur dan menetas. Kalau proses pengembangbiakan itu terjadi, maka Taman Kehati sendiri untuk jangka selanjutnya, akan menyebarkan ikan bilih tersebut ke daerah yang punya kesamaan topografi dengan Semen Padang.

“Jika itu terjadi, maka ke depan ikan bilih tidak hanya ada di Singkarak, tapi juga ada di daerah lainnya. Itu target kita. Untuk saat ini, kami dengan LPPM Bung Hatta akan terus memantau bagaimana perkembangan ikan bilih ini,” tuturnya.

Disamping melestarikan ikan bilih, kata Deni melanjutkan, bagi Semen Padang sendiri, khususnya di Taman Kehati, tentunya pelestarian ikan bilih jenis mictacoleucus padangensis ini juga dapat menambah spesies yang ada di kawasan Kehati.

Dan penambahan spesies ini, juga sejalan dengan rogram Proper Emas 2020. “Saat ini Semen Padang masih Proper Hijau. Mudah-mudahan melalui pelestarian ikan endemik ini, maka target Proper Emas 2020 dapat terwujud,” katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Hafrijal Syandri. Guru besar Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta yang sudah meneliti ikan bilih lebih dari 30 tahun itu menyebut bahwa ikan bilih bisa bertahan di sungai yang ada di kawasan Taman Kehati Semen Padang ini, karena beberapa faktor.

Di antaranya, PH air berkisar antara 6,5 sampai 7,8 dan itu cocok untuk pengembangan ikan bilih. Kemudian, arus sungai dan oksigennya juga cukup. Artinya, secara fisik dan kualitas air di sungai ini hampir sama dengan Danau Singkarak.

“PH air sungai Taman Kehati ini sama dengan Singkarak karena sumber airnya juga sama. Sebab, sebagian air yang mengalir ke Danau Singkarak itu berasal dari perbukitan yang sebagian airnya juga megalir ke Indarung ini,” katanya.

Terkait metode penangkapan ikan bilih yang dieksploitasi secara besar-besaran, Hafrijal pun menyebut bahwa metode itu sudah lama dilakukan oleh masyarakat sekitar, termasuk pemodal. Bahkan, terkesan ada pembiaran.

Parahnya lagi, semakin ke depan metode itu juga terus berubah dan memperburuk situasi ikan bilih. Bahkan beberapa tahun belakangan ini, masyaraat menangkap ikan bilih tidak lagi menggunakan jaring, tapi bagan.

“Kalau dulu ditangkap menggunakan jaring, mulai dari jaring ukuran besar, hingga kecil. Kemudian kini ada metode penangkapan memakai bagan. Metode inilah yang membuat ikan bilih terancam kepunahan,” ujarnya.

Bahkan melalui metode penangkapan menggunakan bagan itu, sambungnya, sebanyak 52 persen dari ikan bilih yang tertangkap merupakan ikan bilih yang masih kecil-kecil dan tidak ada nilai ekonomisnya.

“Oleh sebab itu, saya berharap Pemerintah Daerah mengeluarkan regulasi yang mengatur agar populasi ikan bilih dapat diselamatkan dari ancaman kepunahan,” imbuh Hafrijal.

Sementara itu, Ketua LPPM Universitas Bung Hatta Abdullah Munzir, menyebut bahwa kerjasama dengan Semen Padang, khusunya dengan Taman Kehati, sangat penting bagi pihaknya, karena ikan bilih ini merupakan spesies endemik.

Oleh sebab itu, ia berharap agar ikan bilih di kawasan Taman Kehati ini bisa berkembang dengan baik, sehingga ke depan juga bisa dikembangkan di tempat lain. “Saya sangat mengapresiasi Semen Padang, karena turut peduli terhadap kelangsungan ikan bilih yang terancam kepunahan,” katanya.(*)

Tinggalkan Balasan