Kerjasama Pembangunan Infrastruktur Indonesia-Jepang Turut Tingkatkan Kemampuan Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia

IMG-20180514-WA0083

Jakarta – Kerjasama Indonesia-Jepang telah berlangsung lama termasuk dalam bidang infrastruktur. Dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara pada tahun 2018 ini, diselenggarakan Symposium on Indonesia-Japan Development Cooperation dengan tema “Building the Future Based on Trust”, di Jakarta, 14 Mei 2018.

Sebagai salah satu panelis, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang diwakili oleh Kepala Balitbang Danis H. Sumadilaga mengatakan kerjasama Indonesia-Jepang khususnya dengan Kementerian PUPR tidak hanya semakin kuat namun juga semakin luas ke sektor lainnya.

Pada periode awal, kerjasama lebih banyak pada pembangunan infrastruktur sumber daya air seperti bendungan, namun kini berkembang ke sektor jalan tol, sanitasi dan perumahan. Saat ini nilai kerjasama infrastruktur antara Kementerian PUPR dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar USD 1,1 miliar.

“Kerjasama dalam pembangunan infrastruktur tidak hanya memberi manfaat pada hadirnya infrastruktur fisik semata namun juga memberikan manfaat bagi peningkatan kapasitas sumber daya manusia, alih teknologi dan lahirnya institusi baru,” kata Kepala Balitbang Danis H. Sumadilaga.

IMG-20180514-WA0080 IMG-20180514-WA0079

Dicontohkannya, kerjasama pembangunan beberapa bendungan pada tahun 1960-1970 di Jawa Timur, turut meningkatkan kemampuan insinyur Indonesia serta turut berpengaruh pada lahirnya Perum Jasa Tirta 1 yang mengelola Daerah Aliran Sungai Brantas dan berdirinya PT. Indra Karya, BUMN jasa konsultansi bidang sumber daya air. Beberapa bendungan yang dibangun seperti Bendungan Selorejo (1963-1972), Bendungan Lahor (1972-1977), Bendungan Wlingi (1972-1979) dan Bendungan Karangkates (1975-1977).

Kerjasama spesifik lainnya dalam hal pembangunan Sabo Dam untuk menahan aliran banjir lahar erupsi gunung berapi. “Melalui kerjasama tersebut, Indonesia telah memiliki ahli Sabo dan telah dibentuk Balai Sabo di Yogyakarta sebagai pusat riset dan pengembangan teknologi Sabo,” kata Danis. Hingga kini sudah dibangun 646 bangunan Sabo Dam di Indonesia diantaranya 250 buah di lereng Gunung Merapi, dan 92 buah di lereng Gunung Agung.

Di sektor jalan tol, yakni pembangunan Tol Akses Pelabuhan Tanjung Priok yang telah rampung tahun 2017, Tol Akses Pelabuhan Patimban di Subang, dan Tol Padang-Pekanbaru Seksi II Sicincin-Payakumbuh sepanjang 78 km. Pada ruas tersebut terdapat pembangunan lima terowongan dengan total panjang 8,9 km yang menembus Bukit Barisan. Jepang berpengalaman dalam pembangunan terowongan panjang sehingga diharapkan ada alih pengetahuan dan teknologi.

“Kerjasama dalam pembangunan terowongan dengan Jepang dapat dikembangkan lagi misalnya membentuk _training center_ khusus terowongan. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan pembangunan terowongan di masa depan. Saat ini terowongan belum terlalu banyak,” jelas Danis.

Kerjasama lainnya yakni pembangunan Jakarta Sewerage System dengan prioritas pada zona 1 dan zona 6 dari rencana 15 Zona (Zona 0-14). Pada zona 1 di Pluit, IPAL yang dibangun akan memiliki kapasitas 198.000 m3 per hari. Sementara Zona 6 yang berlokasi di Duri Kosambi dengan kapasitas 282.000 m3 perhari. (*)

Tinggalkan Balasan