Opini  

“Kami Satu”

 

????????????????????????????????????

Oleh:Almadi

(Wartawan Utama)

 

Ucapan Kadispora Sumbar, Bustavidia membuat saya penasaran,”Kami satu,” ketika ditanya masalah minimnya dana APBD buat Porwil Sumbar. Yang ditanya soal dana dijawab persatuan.Berarti selama ini. Antara KONI Sumbar dengan Dispora belum satu.

Kalimat pendek yang disampaikan Kadispora ketika berada di venue catur Porwil X Bengkulu lalu jadi tandatanya terus. Bukan rahasia umum, saat pelepasan kontingen Sumbar dihadapan wakil gubernur, Nasrul Abit terjadi adu jotos. Kejadian itu sangat memalukan, karena disaksikan ratusan atlet. Seorang pejabat teras berantam dengan petinggi KONI Sumbar.

Keributan itu, jadi buah bibir atlet pulau Sumatera. Setiap ketemu teman yang ditanya soal adu jotos. Sampai keluar air liur menjelaskannya. Ini pertanda baik, karena olahraga Sumbar jadi ukuran dan study banding nantinya. Ada rasa bangga. Kontingen pra sejahtera punya prestasi hebat dibuat pejabatnya.

Apanya yang hebat? Pasti timbul pertanyaan dari pengamat olahraga. Sejak Porwil Bengkulu mulai tanggal 3 November 2019. Posisi klasemen medali sempat kejar-kejaran dengan kontingen Riau. Hari pertama, Riau meraih 3 emas dan 2 perunggu, sedangkan Sumbar 2 emas 1 perak dan 1 perunggu. Artinya, Riau di puncak sedangkan Sumbar urutan kedua klasemen sementara.

Posisi perolehan medali tidak berobah menjelang penutupan Porwil X Bengkulu. Sebenarnya menjelang penutupan,  hati pengurus KONI Sumbar dag dig dug juga. Karena, cabor tinju belum tuntas, sedangkan cabor Muaythai ribut masalah pembagian medali. Usai penutupan Porwil, kontingen Sumbar terduduk lesu. Sebab, klasemen perolehan medali berobah total. Sumbar sejak hari pertama tidak tergoyahkan urutan kedua. Dipenghujung tercampak keurutan empat.

Sedangkan hasil akhir, juara umum Riau, sedangkan ranking 2 Sumut dan urutan 3 tuan rumah Bengkulu. Perolehan medali emasnya masing-masing selisih satu. Kecewakah? Oh no!. Kenapa, seandainya dua medali emas yang diambil Bengkulu pada cabor Muaythai berlaku sportif. Posisi Sumbar berada urutan ke tiga. Atlet tuan rumah dapat durian runtuh raih 2 emas tanpa bertanding. Mentang-mentang atletnya masuk Pelatnas Sea Games diberi hak istimewa.

Lalu banggakah rakyat Bengkulu atas prestasinya pada Porwil kali ini? Rata-rata mereka mencibir dan tak ada rasa bangga. Karena yang bertanding itu bukan atletnya.”Kami sebenarnya malu. Buat apa juara kalau bukan atlet sendiri. Karena tidak berapa orang atlet binaan sendiri,” jelas  Surya Siantury.

Jika dibandingkan Porwil Babel lalu, perolehan medali Sumbar sekarang bertambah 3 emas, sedangkan  di Babel jumlahnya 20 emas berada urutan 4 dengan sebutan kontingen sejahtera kala itu. Kenapa sejahtera, karena cukup besar dana hibah APBD Rp 20 Miliar, sekarang cuma Rp 15 Miliar termasuk buat atlet ikut Pra PON dan Kejurnas. Untuk mengambilnya bertarung pula pengurus KONI Sumbar dulu.

Prestasi kejutan itu, membuat Kadispora Sumbar hadir ke Bengkulu menyaksikan sebenarnya yang terjadi. Bustavidia selaku orang nomor satu Dispora tak mau dapat informasi kaleng-kaleng. Dia datang dan saksikan bagaimana atlet pra sejahtera bertanding. Dengan wajah ceria dan senyum manis memuji perjuangan atlet termasuk kepengurusan KONI Sumbar.

Usai Porwil X, rupanya ada pertemuan di kota Bukittingi, dan kota itu jadi saksi bisu bersatunya KONI dengan Dispora Sumbar. Entah apa judulnya saya tak tahu. Cuma mereka sudah satu setelah dapat ketupat Bengkulu….hahaha (***)

 

 

Tinggalkan Balasan