Ini Sejarah Pengambilan Api Porprov di Nagari Pariangan

IMG_20181117_093441

Tanah Datar –  Melambangkan energi, semangat dan kebersamaan, keberaan api selalu dipakai dalam setiap menyambut pelaksanaan olah raga diberbagai belahan dunia, dan tak terkecuali bagi Pekan Olah Raga Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan surat keputusan Gubernur No : SK.426.3-419-90 tanggal 15 Agustus 1990 tentang lokasi pengambilan Api Porda Sumatera Barat ditetapkan pengambilan api tersebut di Nagari Pariangan.

Dalam buku catatan Irwan, M.Pd, mengapa api tersebut diambil di Pariangan karena Pariangan masih menyimpan banyak fakta sejarah dan budaya sebagai nagari tuo di Minangkabau.

Di Pariangan terdapat kuburan panjang, sawah gadang satampang baniah, bukik nan indak barangin, lurah nan indak barayia, lubuak siguntang guntang dan berbagai tradisi budaya lainnya. Pariangan juga dikenal sebagai nagari tertua di bumi Minangkabau.

Sebagai daerah asal nenek moyang orang Minangkabau, menurut Irwan telah sepatutnya kita menghargai daerah tersebut (Pariangan) sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Setiap acara besar diselenggarakan, tidak ada salahnya kita berkumpul di Nagari tersebut.

Prosesi pengambilan Api Porprov dilaksanakan di lapangan Sultan Suri Maharajo Dirajo Nagari Pariangan. Sebagai lokasi pengambilan Api Porprov sesuai SK gubernur, maka dilokasi ini kini telah dibangun sebuah monumen Api Porda/Porprov.

Lapangan ini tidak hanya dipakai untuk pengambilan Api Porprov, tetapi juga pernah dipakai untuk pengambilan Api PON, serta tempat pengambilan tanah, air sebagai lambang persatuan pemuda nusantara dari Sumatera Barat dan dibawa ke tingkat nasional.

Terakhir, catatan Irwan dalam buku Prosesi Pengambilam Api Porprov ke XV di Padang Pariaman juga menulis, karena Pariangan sudah merupakan trade mark sebagai tempat pengambilan api, maka tugas kedepannya adalah melestarikan, dan mewariskannya kepada generasi berikutnya.

Jangan sampai Bak kata pepatah, ” jalan dialiah urang lalu, labuah diinjak urang baladang, cupak dituka urang manggaleh”.(ridho)

Tinggalkan Balasan