Hendri Koto Urang Awak yang Disegani Preman Batam

 

 

 

koto

 

Padang-Pulau Batam tahun 1999, adalah tempat pelarian buat kasus kriminal berat. Pulau yang bertetangga dengan Singapura adalah surganya kaum hitam. Itulah kondisi Batam usai reformasi, hukum rimba berlaku siapa yang kuat dia lah berkuasa.

Meski dikenal angker dengan tingkat kriminal tinggi, suatu tantangan bagi Hendri Koto untuk uji nyali sebagai perantau. Seperti film laga “Merantau” yang dibintangi Iko Uwais, perjalanan karir putra Minangkabau, Hendri Koto tidak jauh beda dengan film tersebut. Bermodalkan kepiawaian bela diri asal Korea, Taekwondo, Hendri yang baru saja tamat SMA coba mengadu nasib.

Hidup di Pulau Batam, rupanya tak seindah dibayangkan. Berbagai perkerjaan dilakukan buat penyambung hidup. Selain itu, Hendri tetap tekun latihan Tarkwondo, hasilnya dia berhasil meraih medali emas pada kejuaraan se Provinsi Riau. Prestasi itu menambah motivasinya untuk lebih giat lagi.

Tahun 2004, Hendri Koto penasaran dengan bela diri Muaythai, rasa ingin tahunya begitu kuat. Kemudian, menyebrang ke Thailand untuk mengikuti kejuaraan dunia (IFMA) Internasional Federation  Muaythai Amatir. Kejuraan itu diikuti petarung-petarung tangguh dunia. Hendri Koto yang turun pada babak awal langsung kalah.

“Kejuaaran tersebut membuat saya sadar diri. Rupanya belum ada apa-apanya. Kekurangan saya adalah stamina dan tekhnik seni bela diri Muaythai. Saya bertekad latihan lebih keras dan akan datang lagi pada kejuaraan dunia itu,” ujarnya.

Tak berselang lama. Datanglah tawaran dari Master Jhoni pelatih Muaythai asal negara tetangga Singapura. Tawaran tersebut disambut baik oleh Hendri Koto buat  meningkatkan tekhnik beladiri Muaythai.”Saya latihan rutin di Singapura demi meningkatkan prestasi yang belum apa-apanya,” ucap putra Agam itu.

Selain rutinitas latihan, Hendri Koto juga perlu penyambung hidup. Dia dipercaya mengkoordinir pengaman Casino, Pub. Mall dan Hotel di pulau Batam. Kerja pada dunia malam banyak suka dukanya. Ancaman dari para gengster dan suku lain tidak bisa dipandang sebelah mata.

Pernah terjadi, perang antar suku yang dihadapi perantau Minang. Hendri Koto selalu tampil terdepan sebagai penglima perang menghadang ancaman suku lain. Petarungan antar geng adalah makanan sehari-hari. Demi mempertahankan hidup, Ketua Gema Batam itu tak ada pilihan lain hidup atau mati.

Gangguan yang membuat dia naik pitam ketika geng Flores minta uang berulangkali ke Hendri Koto, ketika itu dia lagi mengamankan pembangunan Mall BIP Plaza Batam.  Dengan arogannya geng Flores umumnya bertubuh kekar tersebut mengancam, kalau tidak dikasih uang akan terima akibatnya.”Uang apa lagi saya berikan, minggu lalu kan sudah dikasih. Sekarang mana ada uang lagi,” ujar Hendri Koto dengan nada lunak.

Jawaban juara Taekwondo Riau itu bikin tamburansang geng Flores, lalu dia mencak-mencak agar diberikan uang tambahan. Kondisi tersebut membuat Hendri Koto naik darah, “ nanti malam panggil ketua kamu untuk duel, agar masalah ini selesai,” katanya.

Hari itu juga, Hendri Koto mengumpulkan anggotanya untuk persiapan perang menghadapi suku Flores. Setelah ditentukan lokasi bertarung, Hendri Koto datang tepat waktu. Namun, setelah ditunggu sekian jam ketua geng Flores tidak mau datang. Lalu ditelpon, anehnya dia pura-pura tidak tahu.

Kemudian, Hendri Koto memaki-maki ketua geng Flores itu, “Babi kau sekarang pura-pura tidak tahu. Kalau  kau berani saya tunggu sekarang kita duel hidup atau mati,” ujarnya kesal. Diluar dugaan ketua geng Flores tersebut minta maaf berjanji tidak berbuat lagi.

Sejak itu, nama Hendri Koto disegani para gengster Batam. Siapa saja yang mengganggu perantau Minang dia langsung tampil membela. “kalau di rantau lawan kita suku lain. Beda di kampung biasolah awak-awak samo awak batangka,” kata juara nasional “Duel” di RCTI itu.

Hendri Koto diam-diam punya keinginan bertarung dengan Ahong juara nasional MMA yang digelar di TV ONE. “Untuk menantang Ahong, saya harus bertarung dari bawah dulu,” ujar Ketua Pengprov Muaythai Kepri itu. (almadi)

 

 

Tinggalkan Balasan