Opini  

Edisi 501, dari Cebong Jadi Katak

Oleh: Almadi

(Wartawan Utama)

58almadi

Tabloid Sumbar Sumbar Post, dengan motto membangun dan mencerdaskan bangsa. Pelan tapi pasti sudah memasuki usia 10 tahun. Koran kecil ini terbit sejak 8-8-2008 dengan nama Sumbar X-Post telah mengalami banyak pasang surut. Berbagai macam rintangan berhasil dilalui sampai edisi 501.

Sumbar Post ketika masih garundang atau cebong bernama Sumbar X-Post. Meski cebong, tapi punya sejarah panjang pada dunia pers Ranah Minang. Sumbar X-Post sempat terbit empat edisi setelah itu manajemen berganti lebih profesional sekaligus berganti nama Sumbar Post. Sejak itu, tabloid kecil ini terus berkembang jadi kodok.

Edisi 501, kalau dihitung tahunnya sekitar 10 tahun 4 bulan. Mempertahankan terbit selama 10 tahun secara berkesinambungan, bukanlah perkerjaan mudah disaat industri pers saat ini lagi morat-marit.

Kenapa judulnya edisi 501, sebab, angka 501 punya arti tersendiri dalam bisnis dan politik. Bagi penggemar celana jin merk Levis, pasti mengimpikan untuk mendapatkanya, karena Levis 501 selain punya kualitas tinggi juga bergengsi bagi pemakainya. Memang harga Levis 501 terbilang mahal dan berpikir untuk membelinya. Tapi mereka yang punya selera dengan motto kalah membeli menang memakai, berusaha mendapatkan dengan berbagai cara. Kalau cerita politik dengan angka 501, tak usahlah. Nanti bakal ada yang tersinggung.

Edisi 501, Tabloid Sumbar Post, meski berjalan tertatih-tatih tapi masih tetap kuat melangkah. Minggu demi minggu, bulan berganti tahun, tabloid ini tanpa kenal lelah tetap mengunjungi pembaca setianya. Soal hambatan dan rintangan jangan ditanya lagi. Namanya hidup, tentu banyak cobaan dan ujian yang dihadapi Sumbar Post bersama krunya.

Tabloid Sumbar Post meski saat ini masih kokoh berjalan, semuanya itu tak lepas berkat bantuan pembaca setia. Memang diakui, akhir-akhir ini, persaingan industri pers berlangsung keras. Sejak era digital tak terhitung media cetak jatuh kolap. Untuk mengatasi persaingan tersebut Sumbar Post harus bikin strategi khusus. Salah satunya dengan berita investigasi.

“Berita investigasi sangat disukai pembaca. Inilah kelebihan media cetak dengan media online. Kenapa majalah Tempo ditunggu orang, karena punya rubrik berita investigasinya. Jadi kalau media cetak tidak mau tertinggal oleh pembaca bikinlah sesuatu yang spesifik,” ujar M. Noeh H, salah seorang tim penguji Dewan Pers, ketika memberikan arahannya pada Ujian Kompetensi Wartawan angkatan XI di Kantor Gubernur Sumbar.

Apa yang diungkapkan M Noeh H tentang kemajuan dunia pers tak bisa dipungkiri lagi. Bahkan, beberapa tahun mendatang industri pers tak perlu lagi punya kantor, dimana saja wartawannya bisa mengakses berita. “ Kita cukup duduk-duduk atau sambil tiduran langsung berita naik. Jadi ini sebuah tantangan bagi media cetak pada tahun mendatang,” ucapnya.

Tabloid Sumbar Post, telah meminjam motto PT Semen Padang, berbuat sebelum yang lain memikirkannya. Sumbar Post sejak tahun 2010 sudah punya portal sendiri dengan nama Sumbar Post. Com, lahirnya portal itu tak lain guna mengimbangi berita yang masuk tiap hari ke redaksi. Sekaligus menjawab ejekan teman sejawat tentang media mingguan kala itu. Maklumlah, media mingguan dianggap sering bikin sakit kepala. (***)

 

Tinggalkan Balasan