Coming Soon, From Zero To Hero Nilmaizar

NIlmaizar (kiri)

 Perjalanan Semen Padang pada Liga 1 Gojek Traveloka tahun 2017 penuh lika liku. Betapa tidak, kemenangan membanggakan maupun kekalahan menyakitkan sudah pernah mereka rasakan.

Pun juga peringkat papan atas di dua laga awal maupun papan bawah di pertengahan  laga juga sudah pernah mereka tempati. Hingga memasuki laga akhir putaran pertama,  mereka menempati papan tengah klasemen.

Inkonsistennya penampilan tim berjuluk Kabau Sirah tentu berdampak pada masyarakat Sumbar khususnya pencinta Semen Padang FC.

Tak pelak cacian,  cemoohan,  maupun kritikan pedas menimpa sang juru taktik Nilmaizar. Suara miring pun bermunculan akibat merosotnya penampilan SPFC, bahkan ada juga yang meminta Nilmaizar mundur sebagai pelatih.

Manajemen PT Kabau Sirah pun juga tak luput dari sasaran kemarahan pencinta SPFC, karena masih mempertahankan Nilmaizar sebagai pelatih.

Namun itu semua dilalui oleh Nilmaizar dengan tabah.  Dengan mendengarkan masukan positif dari pendukung, pemerhati sepakbola, dan unsur pers, untuk mengevaluasi kelemahan tim.

Memang diakui, kelemahan SPFC paling berperan  dalam beberapa pertandingan awal pasca Liga 1  kick off, hingga terjerembab dalam pusaran zona degradasi tak lain dan tak bukan karena pola permainan yang sering tak tampak dalam pertandingan.

Faktor pola permainan tak tampak tersebut barangkali saja karena fisik pemain yang amburadul.  Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya pemain SPFC yang kram sebelum pertandingan berakhir.  Sebut saja Rudi Doank,  Vendry Mofu,  Novrianto, Hamdi Ramdan.

Sehingga tiga pemain yang disebut, terkecuali Vendry Mofu akhirnya mengalami cidera dan terpaksa harus diistirahatkan di beberapa pertandingan pasca mengalami kram.

Belum lagi penampilan Didier Zokora yang masih belum prima sejak didatangkan ke Padang.  Hanya satu penampilan Zokora yang terlihat cukup baik, yakni ketika diduetkan dengan Ko Jae Sung ketika menghadapi pertandingan  melawan Persela Lamongan.

Paling fatal dari kelemahan SPFC dewasa ini adalah tidak adanya gelandang bertahan yang mumpuni, sehingga bola yang seharusnya dipatahkan dai kaki lawan di lini tengah, meluncur deras mengenai jantung pertahanan SPFC sendiri. Tak pelak, Novrianto, Hamdi RAmdan, Cassio Francisco menjadi ketar ketir menghadang serangan lawan.

Namun saat ini perlahan namun pasti SPFC on the track.  Aroma kebangkitan pun kembali terasa pasca memetik hasil seri lawan Perserui Serui di tandang dan memenangkan duel keras melawan Arema FC di kandang.

Dalam dua pertandingan tersebut,  skuad Kabau Sirah sudah mulai terlihat percaya diri dalam memainkan bola yang terbangun rapi dari kaki ke kaki. Disamping itu juga pola permainan mulai terlihat di arena permainan.

Tak ada rasa canggung diperlihatkan masing-masing pemain dalam memegang bola. Begitupun dengan fisik pemain yang selama ini jadi permasalahan,  sudah mulai kelihatan prima.

Apalagi kemenangan yang diperoleh lawan tim kuat Arema menjadi motivasi tersendiri, sekaligus momentum membangkitkan mental bertanding bagi anak-anak Bukit Indarung untuk meraup poin demi poin di laga selanjutnya.

Nilmaizar tentu harus memanfaatkan momentum tersebut dengan sebaik baiknya, di tengah kepedean pasukannya yang tengah membuncah. Bukan sebuah angan belaka lagi bagi SPFC untuk kembali berada di papan atas.

Namun itu semua dapat tercapai apabila Nil mampu menjaga konsistensi performa tim,  ditambah bumbu motivasi bagi pemain guna membangkitkan adrenalin bertanding.

Semoga saja harapan masyarakat Minangkabau agar tim kebanggaan mereka kembali bermain ciamik dan mengibur, serta kembali bertengger di papan atas dapat terwujud hendaknya. Aamiin.(***)

 

Penulis : Ridho Syarlinto

Wartawan Olahraga yang Juga Ketua Aliansi Jurnalis Olahraga Sumbar

Tinggalkan Balasan