Ekobis  

Cerita Lori Semen Padang Melegenda, Museum Dibangun Pabrik Semen Tertua

IMG-20190705-WA0018

PADANG, – Direktur Utama PT Semen Padang, Yosviandri, meresmikan Monumen Lori yang dibangun di areal taman kantor Pusat PT Semen Padang, Jumat, 5 Juli 2019. Monumen lori ini sebagai salah satu Landmark di PT Semen Padang, terdiri atas lori pengangkut batu kapur dan silika, Lori pengangkut pelumas dan lori orang .

Peresmian Monumen Lori itu dilakukan karena merupakan upaya perusahaan untuk mengenang sejarah perkembangan PT Semen Padang sejak berdiri 1910 hingga sekarang.

“Monumen Lori ini mulai dibangun 18 Maret 2019, dan pengerjaannya selesai beberapa hari lalu. Melalui Monumen Lori ini, generasi milenial di Perusahaan ini, tentunya akan mengingat kembali sejarah Semen Padang sejak mulai didirikan hingga sekarang ini,” kata Yosviandri.

Peresmian Monumen Lori yang dilakukan usai Upacara HUT Pengambilalihan Pabrik (nasionalisasi) ke-61 itu, juga dihadiri Direktur Operasi Firdaus, Direktur Keuangan Tubagus Muhamad Dharury, Komisaris Werry Darta Taifur dan Komisaris Khairul Jasmi.

Yosviandri menyebut, karyawan ataupun masyarakat Sumbar, termasuk tamu yang datang berkunjung ke PT Semen Padang, bisa menjadikan Monumen Lori ini sebagai tempat berswafoto, dan tentunya Monumen Lori ini akan viral.

“Kalau viral, orang-orang akan tahu, ternyata inilah peralatan yang digunakan oleh pabrik semen pertama di Asia Tenggara ini pada tahun-tahun pertama pabrik Semen Padang ini beroperasi,” ujarnya.

Lori merupakan salah satu alat transportasi material menggunakan kawat (“transportkabel”) yang digunakan pabrik Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (sekarang PT. Semen Padang) untuk mengangkut batu kapur (kalsteen) dari bukit Karang Putih, Batu Gadang, ke pabrik di Indarung.

Lori Fasilitas kabel untuk lori pabrik Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij sudah mulai dipasang sejak 1910, dan dan dioperasionalkan di pabrik semen pertama di Indonesia itu sejak 1911 hingga 1988.

Kawat lori direntang sepanjang 850 meter dari pabrik ke Karang Putih dan dari pabrik ke Bukit Putus dengan stasiun terminal di Bandar Buat, dengan panjang kawat dari Indarung- Bandar Buat 5.130 meter dan dari Bandar Buat-Bukit Putus sepanjang 6.250 meter.

Kehadiran lori di masa silam, merupakan sesuatu yang baru dan amat mencengangkan bagi warga Padang dan sekitarnya. Cerita lori lebih dahsyat dibandikan dengan cerita soal pabrik, sebab untuk melihat pabrik perlu datang ke Indarung, sedangkan untuk melihat lori cukup dari rumah saja, atau di kawasan-kawasan yang dilalui lori.

Begitu berkesannya lori di mata orang Minang, maka orang-orang pesisir menjadikannya sebagai pantun, yang baitnya seperti berikut ini.
Sajak pabirik di Indarung
Lori bajalan ateh kawek
Sajak paningga mandeh kanduang
Nasi diminta sumpah nan dapek

Pantun itu sebagai bentuk pergumulan batin anak negeri ketika itu. Pantun lori mengajarkan tentang kearifan kepada lelaki Minangkabau tentang betapa besarnya tanggung jawab seorang ayah pada anak-anaknya. (*)

Tinggalkan Balasan