SPFC Perlu Perhatian Lebih

????????????????????????????????????

????????????????????????????????????

Catatan Almadi 

Wartawan Muda

Posisi Semen Padang FC terancam degradasi kompetisi Liga I Gojek. Berada pada papan bawah membuat pendukung tim urang awak kini dag dig dug. Apakah klub satu-satunya dari Ranah Minang bakal tercampak pada kasta tertinggi sepakbola nasional. Kenapa prestasi SPFC merosot tajam. Tak seperti turnamen sebelumnya sampai final Piala Jenderal Sudirman.

Wajar pendukung SPFC bertanya-tanya. Ada apa, kenapa prestasi Hengki Ardiles dkk terjun bebas pada kompetisi sebenarnya. Soal materi pemain lokal tak jauh beda dengan turnamen yang diikuti sebelumnya. Lalu dimana letak salahnya.

“Manajeman SPFC salah beli pemain dari awal. Terutama pemain asing yang sempat digadang-gadangkan bakal bawa tim ini juara,” ujar H. Suhatman Imam ketika diskusi beberapa waktu lalu.

Apa benar salah beli pemain? Kita mana tahu soal jual beli pemain karena urusan dapur manajemen. Namun, apa yang diucapkan Suhatman ada juga benarnya. Karena pembelian sia-sia. Zokora salah satu pemain kelas dunia jadi beban berat bagi tim. Kontribusinya boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Malahan tiap berlaga pemain hitam kelam ini lebih banyak berdiri sambil beri instruksi kepada teman-temannya.

Dampaknya membuat tim bermain buruk dan pola permainan tidak berkembang. Seakan Zokora adalah pelatih di tengah pertandingan. Selain itu, tumpulnya barisan depan karena absennya Marcel enam kali pertandingan akibat hukuman. Hal ini diperparah lagi dengan adanya regulasi PSSI mewajibkan tampil tiga pemain muda. Mau tak mau, Nilmaizar harus mengorbankan tiga posisi penting buat pemain muda. Hasilnya, seperti kita ketahui SPFC babak belur.

Usai putaran pertama, SPFC tidak terlalu jor-joran beli pemain sesuai isi kantong. Kondisi ini beda dengan klub kaya yang tak segan-segan mengucurkan koceknya membeli pemain berkelas dunia. Meski SPFC  merndapatkan pemain sederhana rata-rata usia muda tapi punya lebel nasional. Nilmaizar kembali punya keyakinan timnya bakal lebih baik dari pada putaran pertama.

Tapi apa yang terjadi, hasil terbaik hanya dapat satu poin lawan Persib. Dua kali main di stadion H. Agus Salim Padang, dikalahkan Bali United dan Bhayangkara. Segala umpatan keluar dimulut penonton yang tidak pernah datang ke stadion H. Agus Salim, Padang. Mereka bisa mengumpat tapi tak pernah menonton langsung ke stadion, apalagi beli karcis.

Ambruknya prestasi SPFC saat ini, diam-diam jadi perhatian mantan manajer Asdian dan mantan Dirut PT Kabau Sirah, Daconi. Meski mereka tak lagi bersama tim karena tugas negara. Tapi kepedulian mantan petinggi SPFC tak pernah luntur. Asdian saat ini berada di Kupang karena tugas membangun pabrik semen baru. Namun, dia terus mengikuti perkembangan SPFC.

Kata Asdian, manajemen harus lakukan evaluasi dan  minta masukan pakar-pakar sepakbola Sumbar. Dia menilai pelatih fisik harus diganti. Tidak ada dalam kamus sepakbola pemain selalu cedera dalam bertanding. Ini menandakan pisik pemain tidak bagus. Disisi lain, dalam pemburuan pemain yang diinginkan SPFC kalah bersaing dengan klub lain. Padahal, mereka awalnya sudah sepakat tapi begitu mendekati hari H mereka kabur.

Manajemen sekarang tampaknya harus belajar kepada Asdian bagaimana kiat menggaet pemain bintang hingga betah di SPFC. Menurut Asdian, semuanya tidak perlu uang banyak. Kuncinya, bagaimana kita melakukan pendekatan dan kepercayaan yang diberikan kepada pemain itu.

SPFC pernah mendatangkan pemain berkelas seperti, Edwar Wilson, Esteban Vicara, Tibo dan Sinaga. Hasilnya tim ini juara kompetisi IPL dan nyaris lolos kesemifinal piala Winner Asia.”Kita harus lakukan pemain seperti anak sendiri dan jangan kecewakan mereka,” ungkapnya.

Apa yang dilakukan Daconi rupanya tak jauh beda dengan Asdian. Malahan meski Daconi saat ini menjabat Direktur Produksi PT Semen Baturaja, Palembang. Dia sempat juga datang menyaksikan mantan anak angkatnya Nur Iskandar memperkuat Sriwijaya FC.” Waktu saya datang dan melihat dia latihan di stadion Jakabaring, Nur Iskandar langsung kaget dan dia sempat salam sama saya. Beskonya, diluar dugaan mainnya bagus dan bikin gol untuk timnya,” ujar Daconi.

Kenapa sampai begitu, tentu ada sebabnya. Rupanya ketika di SPFC mantan Dirut PT Kabau Sirah ini melaklukan kiat tersendiri melecut motivasi pemain. Daconi diam-diam mendatangi rumah mereka mengajak ngobrol dan tanyakan semua masalah yang dihadapi. Pendekatan dan perhatian lebih tersebut sangat manjur. Hasilnya, pemain bintang tadi mengeluarkan semua kemampuannya.

Daconi menilai materi SPFC saat ini cukup bagus tinggal polesan sedikit saja lagi, yaitu perhatian lebih kepada pemain bintang. Apasalahnya manajemen melakukan perhatian lebih terhadap pemain kunci tujuannya agar mereka bermain habis-habisan.”Saya tidak mengajari manajemen sekarang. Ini pengalaman pribadi saja,” ungkap Direktur Produksi PT Semen Baturaja itu.

Apasalahnya manajemen sekarang mengambil pelajaran yang pernah dialami Daconi. Demi kemajuan SPFC dan bertahan saja dulu pada kompetisi Liga I,  manajemen mengikuti jejak cara-cara Daconi dan Asdian. (***)

Tinggalkan Balasan