Opini  

Catatan Almadi : Kalah Biasa, Menang Luar Biasa

almadi

Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) di Bandung telah usai, prestasi Sumbar jangan ditanya. Sedikit hebat dibandingkan sebelumnya. Pekan olahraga antar jurnalis se tanah air ini berlangsung meriah dan penuh keakraban sesama insan pers. Tujuan utama Porwanas adalah menjalin silaturahmi, tapi prestise daerah tetap nomor satu.

Inilah yang jadi persoalan, soal silahturahmi atlet wartawan dari ranah Minang tak diragukan lagi. Setiap berselisih dengan teman daerah lain selalu berhenti dan salaman seperti semut hitam. Namun, begitu berlaga wartawan Sumbar dibikin babak belur. Maklum wartawan Sumbar bukan atlet yang dijadikan wartawan.

Kontingen Sumbar hanya mengikuti enam cabang olahraga yaitu, Atletik, Bulutangkis, Futsal, Biliar, Catur dan Tenis Meja. Kenapa sedikit Sumbar mengirim cabang olahraga dibandingkan daerah lain. Penyebabnya tak lain dari hasil Pra Porwanas kontingen Sumbar memang segitu yang lolos. Ditambah pula menjelang berangkat antara ada dan tiada. Kalau dipikir-pikir prestasi lumayan baik dan tak jeblok amat. Apalagi yang dikirim murni wartawan bukan atlet.

Dari sekian banyak cabang olahraga yang dipertandingkan, cabor Futsal nyaris lolos babak penyisihan grup. Apalagi lawan yang dihadapi juara bertahan Kalimantan Selatan dan finalis tahun sebelumnya, Propinsi Lampung. Permainan dua daerah ini memang bagus dan punya skill individu di atas rata-rata pemain Sumbar. Tendangan mereka bergeser tiang gawang dibikinnya. Ini membuat kiper Sumbar, Firdaus dan saya sendiri hanya planga-plongo melihat bola masuk. Karena melesat kuat jika ditahan tangan kesemutan.

Untunglah ada Faisal Budiman alias Ajo yang memuji penampilan dua kiper Sumbar. Katanya, kiper sudah bagus dan tidak ada melakukan kesalahan. Lawan saja yang hebat dari kita. Pujian itu membuat kami berdua agak tenang dan bisa cengengesan walau babak belur. Sedangkan dicabang olahraga lain, Bulutangkis nyaris mendapat medali perunggu. Sayang dibabak perempat final kurang beruntung menghadapi tuan rumah Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Karena sering mengalami kekalahan, muncul motto baru “ Kalah Biasa, Menang Luar Biasa” Ini adalah motto pribadi saya untuk menghibur diri. Kondisi tersebut beda dengan daerah lain yang mereka utamakan prestise dengan segudang terget medali. Kalau mau berjujur saja, banyak atlet yang dijadikan wartawan. Sedangkan PWI Sumbar tabu melakukan hal itu. Biarlah kalah dimedan laga dari pada menipu diri sendiri.

Itulah hasil Porwanas yang diraih wartawan Sumbar berlaga hampir seminggu. Meski nyaris menang tapi keberadaan kontingen urang awak versi jurnalis dapat sambutan hangat dari tuan rumah. Sambutan khusus datang dari Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno sengaja datang menjamu makan siang. Besoknya lagi, dijamu pula oleh tokoh pers Sumbar, Basyir Djabar, menjelang balik ke Padang, malamnya dijamu sama Direktur Utama PT Semen Padang, Benny Wendry yang sengaja datang ke Bandung berikan motivasi.

Kehadiran tokoh penting ranah Minang itu pengobat luka wartawan Sumbar yang sudah keletihan berlaga. Basyir Djabar sempat melontarkan kata-kata bijak, soal medali Porwanas tidak penting sekali, utamakan menjaga silahtuhrami sesama teman-teman pers di tanah air.”Di sinilah kesempatan kita bertemu dengan teman-teman diseluruh tanah air. Jadi jagalah hubungan silahturahmi, walau prestise daerah perlu juga,”ucap Da Bas.

Hasil Porwanas sudah jelas. Bagaimana dengan atlet Sumbar yang sebentar lagi berlaga pula di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Bandung. Dibandingkan daerah lain, gembar-gembor soal target dan medali begitu nyaring terdengar. Hal ini bertolak belakang dengan Sumbar. Sampai saat ini belum sepatah kalimat menjelaskan kontingen urang awak berapa target medali yang dicapai.

Kalau pun ada, itu pun target lama ketika Syahrial Bachtiar masih menjadi pucuk pimpinan KONI Sumbar. Dia dengan tegas menyatakan target 16 medali emas. Apakah target tersebut masih tetap dipakai pengurus KONI bentukan gubernur Sumbar. Dari sini saya menilai, ada semacam ketakutan menyebut target. Lalu bagaimana dengan bonus atlet yang mendapatkan medali?

Karena ketidak jelasan itu, membuat motivasi atlet melemah. Mereka kembali ragu apakah ada bonus atau tidak. Atau biar sampai final saja, bonus emas dibagi dengan atlet daerah lain yang rata-rata nilainya ratusan juta rupiah.(**)

Tinggalkan Balasan