Opini  

Ha, Padang, Kok Gitu?

Catatan: Almadi

58almadi

 

Kota Padang kembali juara umum Pekan Olahraga Provinsi ke XIV. Sejak pergelaran multi event, Padang tidak tergoyahkan sebagai raja pengumpul medali terbanyak. Dimana saja digelar Porprov kota Padang selalu perkasa dengan raupan emas terbanyak.

Kenapa bisa begitu? Apakah daerah lain tidak punya atlet hebat seperti Padang. Sebetulnya, atlet daerah kabupaten dan kota tak kalah bagusnya. Mereka juga punya talenta cuma belum terasah baik. Contohnya, beberapa cabang olahraga banyak terjadi kejutan dengan munculnya jagoan baru. Hanya saja, minim pengalaman.

Beda dengan atlet Padang, mereka memang sudah matang dalam bertanding karena punya pengalaman nasional. Padang sebagai ibu kota provinsi memiliki fasilitas latihan memadai. Ditambah lagi, Universitas Negeri Padang (UNP) kawah candradimuka dan gudang ilmunya atlet Sumatera Barat. Semua atlet terbaik Ranah Minang berkumpul disana. Wajar setiap multi event kota Padang tidak tergoyahkan.

Kedigdayaan kontingen kota Padang selama ini tidak bisa terbantahkan. Atlet daerah paling hanya dapat mencuri medali lewat cabor-cabor yang pembinaanya cukup panjang. Seperti sepakbola, kota Padang sudah belasan tahun merindukan medali emas bergengsi ini. Tapi sampai sekarang impian meraih emas bergengsi itu kembali gagal.

Padahal, sebagai tuan rumah kontingen kota Padang optimis dapat merengkuh emas bergengsi. Target itu tak muluk-muluk amat. Semua pemain terbaik yang punya skill tinggi enam bulan menjelang Porprov sudah dipersiapkan. Cuma enam bulan, ya dinilai sudah cukup untuk meraih emas.

Ini beda dengan Kabupaten Pasaman dan juara bertahan Kabupaten 50 Kota. Mereka mempersiapkan atletnya dua sampai tiga tahun. Padang hanya enam bulan. Hasilnya, wajar mereka ke final karena memang persiapanya serius, bukan dadakan.” Ini sudah membuktikan persiapan jangka panjang dan serius tentu hasilnya bagus,” ujar pengamat sepakbola Syafrianto Rusli.

Soal talenta atlet bola, kota Padang tidak kalah dengan tim yang masuk final. Dengan jumlah SSB lumayan banyak dan Akademi PSP serta Semen Padang FC tentu memiliki pemain berkelas tinggi. Lalu kenapa gagal juga ke final. Inilah sepakbola punya pemain bintang belum tentu jaminan. Karena banyak faktor menentukan. Terutama nasib. Padang cukup masuk semifinal.

Padang harus mengakui dan mesti belajar dengan Kabupaten 50 Kota yang beberapa tahun ini tak pernah absen masuk final sekaligus meraih emas. Sebetulnya, kunci kesuksesan sangat sederhana, serius dengan persiapan. Jika hanya dadakan serta muncul bila ada ivent janganlah banyak berharap. Begitu pula, dengan calon-calon Ketua Umum KONI Sumbar, jika hanya muncul disaat pemilihan saja. Tentu pemilik suara atau voter bertanya-tanya, kemana merela selama ini.

Menjelang pemilihan Kepengurusan KONI Sumbar tiba-tiba ada beberapa nama dimunculkan oleh rekan-rekan pers. Meski figur itu tak asing lagi diolahraga Sumatera Barat, tapi kecapakan dan loyalitasnya belum teruji. Malahan ada pula nama yang digadang-gadangkan dengan titel cukup wah dan selama ini sudah berkiprah pada dunia olahraga Sumbar.

Tapi ingat, gelarnya cukup wah serta diembel-embeli pengalaman tingkat tinggi, apakah sudah memenuhi kriteria seorang pemimpin. Waspadalah, jangan sampai terulang lagi cerita pahit persoalan Surat Edaran Mendagri. Ha, Padang, kok gitu! (**)

 

Tinggalkan Balasan