Barisan para Pemain Mantan Menyalurkan Hoby di Janse FC

Janse FC merupakan kumpulan pemain sepak bola Kota Padang. Di klub sepak bola ini mereka menuntaskan hasrat untuk terus bermain sepak bola. Untuk menguji kemampuan, bahkan mereka rela berangkat merogoh kocek sendiri menuju negara tetanga Singapura. Di negara itu, mereka dijamu para mantan pemain nasional negara tersebut.

Foto Bersama Katong FC Sebelum Melakukan Pertandingan   Persahabatan

Bagi mantan seorang pemain bola sekelas Afdal Yusra, mantan pemain Semen Padang, Ahmad Yani, Suheri Cay, Mastilizal Aye, Santos dan lainnya hasrat untuk aktif di lapangan hijau mengocek Si Kulit Bundar, selalu membara.

Untuk menuntaskan hobinya itu, para mantan pemain yang cukup punya nama di masanya itu, kini bergabung dengan mengusung bendera Janse FC. Di club inilah mereka menghibur diri untuk menyalurkan hobi.

Bagi para mantan pemain sepak bola ini, belum lengkap rasanya hari-hari mereka bila tak bertemu dan bermain di lapangan antar sesama pemain “mantan”.

Tak hanya di dalam negeri, untuk mengasah diri, mereka yang kini tergabung dalam Janse FC, juga melakukan laga tandang ke luar negeri. Alpred Sutijadi adalah sahabat yang mengundang Janse ke Singapura.

Singapura adalah salah satu negara tetangga yang mereka jambangi. Di negara ini, mereka menghadapi para bintang lapangan yang sekarang juga sudah menjadi barisan para mantan pemain, yang tergabung dalam All Star Singapura.

Laga tandang hiburan yang dilakukan Janse FC terakhir di negara itu adalah pada 29 Juli 2016. Di negara itu Janse menghadapi tim All Star Singapura yang diperkuat beberapa pemain nasional Singapura, dan juga ada beberapa orang Indonesia yang sukses jadi pengusaha di negara itu.

Dengan memboyong 18 pemain, Janse FC menunjukkan kebolehannya di lapangan Hougang Stadium.Sesampainya di lapangan, Pemain Janse lakukan selfi-selfi. Setelah itu mereka ganti pakaian dan pemanasan. Baru Ini lah yang sesungguhnya pertandingan sepakbola Janse FC dengan menjadi tamu melawan tim luar negri yg bernama Singapura.

Tak tanggung-tanggung mereka juga diperkuat oleh mantan pemain nasionalnya yg baru saja pensiun. Bahkan satu penjaga gawangnya masih aktif bermain di Liga Singapura. Sementara Janse FC hanya diperkuat oleh Afdal Yusra dan Wilman Santos yang juga mantan pemain Semen Padang FC dan PSP Padang.

Sebenarnya Janse FC juga sudah.mempersiapkan Afrianto mantan kiper SPFC dan Sriwijaya FC. Namun karena sedang melatih SPFC U-21,Afrianto batal berangkat, maka Johan Syafril yang ditugaskan mengawal gawang Janse FC Padang Sumatera Barat melawan Katong FC Singapura, hasil pertandingan Janse FC kalah 3-2.”untuk main dikandang lawan lumayanlah kemampuan kita.kalau mereka ke Padang kita balaslah,”tekad kawan2 janse.

Mastilizal Aye yang juga tergabung dalam Janse FC ini mengatakan, rata-rata bagi mantan pemain bola ini, bermain bola saat ini adalah untuk menyalurkan hobi. Saking hobinya, mereka mau berkorban waktu, tenaga dan finansial untuk bisa bermain, baik di negara sendiri maupun ke luar negri.

“Alhamdulillah rencana itu terwujud, meski harus melalui cara subsidi silang. Karerna kami tahu tidak semuanya yang sanggup berangkat menuju Singapura dengan biaya sendiri. Itulah arti kebersamaan yang selalu kami pupuk di Janse FC,” kata Mastilizal Aye.

 

 

 

PENGALAMAN BERBEKAS

Bertandang memenuhi undangan tim All Star Singapura, kata Mastilizal Aye, ternyata menyimpan kenagan tersendiri bagi dia dan kawan-kawan lainnya.

“Apa yang kami dapatkan dan kami ketahui tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Antri berjam-jam untuk lolos dari pemeriksaan Imigrasi, bahkan salah seorang kawan kami tidak bisa masuk ke Singapura, karena Paspor nya belum diperpanjang, Paspor itu harus diperpanjang 6 bulan sebelum habis masa berlakunya,” katanya menjeput kenangan.

Mass Rapid Transit (MRT) yang merupakan sebuah angkutan massal yang dapat membawa penumpang dalam jumlah besar dan waktu cepat di negara itu, ujar Mastilizal Aye menambahkan, termasuk dalam salah satu pengalaman menarik yang mereka dapati di negara itu.

“Itu merupakan jenis transportasi massal yang untuk pertama kalinya kami nikmati, semuanya serba elektronik. Untuk menaikinya, penumpang harus punya deposit di rekeningnya. Tidak akan disua ada petugas yang menjual karcis, pun tidak ada pemandangan orang yang membayar lalu meminta kembalian duit. Bahkan, pintu kendaraan ini tertutup dan terbuka sendiri. MRT ini akan berhenti pada tempat pas pas sesuai keinginan anda,” terang Mastilizal Aye.

Ia juga mengatakan tak akan ditemukan polisi mengawasi gerak gerik penumpang, karena semuanya diawasi Close Circuit Television (CCTV). Rasanya sangat mudah menipu masuk dan naik ke stasiun MRT, beli kartu MRT satu, masuk dan naik berdua atau tiga orang. “Rasa takut tentu ada, karna itu adalah negara orang,” ujar Mastilizal Aye berbagi pengalaman

Tak hanya itu, Mastilizal Aye mengatakan, berjalan kaki di Singapura adalah hal yang sangat biasa, dari satu stasiun ke stasiun lain yang lumayan jauh.
Jalan bawah tanah yg bersih dan indah. Jangan anda buang sampah, merokok, dan meludah di sembarang tempat.

Bagi Mastilizal Aye dan kawan-kawannya di Janse FC, apa yang dialami dan dilalui di Singapura itu merupakan pengalaman yang bermanfaat. Selain dapat pengalaman bermain dengan mantan pemain nasional negara itu, juga dapat pengalaman bagaimana gaya hidup dan kebiasaan warga negara di sana. (ridho)

 

Tinggalkan Balasan